Sunday, November 13, 2011

ops. semoga elo banjir: pendayung lima

Cerita operasional.

The Jumat: Cari angka tiga belas di jam tangan kalian, cepet!
Minggu ini operasional ke Elo yang berangkat 5 orang: saya, Cela, Annis, Adam, dan Uji. Sayang sekali Okky lagi keracunan makanan akhirnya ga bisa ikutan (payah dia ya), Desti lagi pulang ke Jakarta, Mahe sama Dyah mungkin sedang sibuk. Jumat ini agendanya packing, dan entar sore berangkat. Soooooo we are going to have a rivercamp tonight and I planning curry for dinner. Awsome!

Eh ada yang lebih awesome lagi siang ini: Rio Dewanto is coming kindly to my campus, and he's absolutely such a gentleman! I mean, the look. Wow, kasep pisan eta si aa'! Hahaha. Oke, kembali ke operasional. PO (sekalian bendahara) minggu ini Adam. Pria yang badannya sebesar beruang ini membagi kami dalam beberapa pos: saya sebagai dokumentasi dan konsumsi, Uji juga di konsumsi, Cela ngurusin perlengkapan, dan Annis sebagai seksi transportasi. Rencana operasional minggu ini kami akan turun Elo hari Sabtu, lalu pulang untuk merayakan Idul Adha dan lanjut latihan di Selokan hari Minggu sore.

Semua barang udah tertata rapih dan saatnya upacara (barengan sama yang mau operasional k Songgilap).

"Huaa hati-hati ya ke Songgilapnya. Semoga ga banjir. Elo aja yang banjir."

Berangkat sore ini rasanya kaya dikejar-kejar maling. Adam sendiri jadi linglung kalo udah kaya gini. Pukul 5 kami lepas landas, saya dan Adam ke rumah Adam buat minta beras dan gula, sisanya tunggu di pom bensin Monjali. Pas perjalanan pun, sesampainya di pertigaan kedokteran hewan saya baru sadar: dayungnya ketinggalan! I titled this Friday as running by stupidity, semuanya serba ga santai jadinya. Hadeeeeh.

Setelah semua keribetan itu, perjalanan menuju Magelang di mulai. Ponco siap sedia karena di tengah jalan milyaran hujan kecil-kecil mulai berjatuhan. Sampe di start pukul 6 dan dome siap di gelar. Hujan masih rintik-rintik (alhamdulillah yah) ga bikin kita bego, semua melakukan tugasnya dengan baik as principle alon alon asal kelakon. Dome udah berdiri, perahu udah di pompa, saya mulai buka dapur. Tadaaaah!

Malam ini menunya adalah kare sapi. Masak saya mulai dengan merebus daging, masak nasi, lalu mulailah masak kare ketika dagingnya udah empuk. Pukul 7.30 kami makan malam yang, suwer di samber geledek, enak banget cin! Saya bangga banget malem ini karena menjadi koki yang oke punya. After the super-nice dinner we clean up the kitchen yet the dome. Eh tapi kok ujannya tambah deres ini? Akhirnya saya putuskan untuk pindah (hmm, ngungsi deh ya) ke gudangnya Vertical. Lucu juga, atau konyol? Kami tidur di dome di bawah atap. Hahaha. Untuk menutup malam yang lembab ini saya kupas mangga. Lumayan buat cuci mulut.


p.s: do not ever ever again ask Uji to pick mango, he have bad luck on it. I guarantee!
p.s.s: if you really want to have an excellent desert, buy the expensive one, price never let you down in taste.

"Tidur semalam rasanya panjaaaang banget. Kebangun masih tengah malem, ga pagi-pagi"
Fauzi, ocehan pas masak nasi (ekstra intip)

The Sabtu: Tahu untuk semua, semua untuk tahu.
Hujan berhenti pas malam pergantian hari, dinginnya menusuk pikiran dan hati dan nurani dan pori-pori dan kulit dan sebagainya. Pas bangun saya udah mendapati nesting telah di cuci bersih (sepertinya Adam sama Uji adalah pasangan lelaki yang suka nyuci nesting), dan sebuah matras bertengger rapih di depan dome. Artinya: the kitchen is about to set and the chefs are steady to rock. Menu pagi ini spesial, yaitu sarden dengan brokoli dan wortel, bakmi jamur goreng, nasi putih, teh hangat, dan mangga jadi pencuci mulut yang sempurna. Pagi yang mengagumkan :)



"Ah ini kok kameranya burem semua sih!"
"Kamu fotonya diatas makanannya, Mba. Kena uapnya."
"Oh iya. Goblok."

Selesai makan, lanjut beres-beres. Ada beberapa perubahan rencana pengarungan hari ini, dan semua senang dengan keputusan yang saya buat. Hahay. Semua barang udah terpacking rapih, lalu Adam, Cela, dan Annis berangkat ke rumah Mas Rodyid buat titip motor. Saya dan Uji distart menunggu sambil berbicang tentang apa saja.

Siap turun semua? Siap! NEVER GIVE UP!


Latihan di mulai dengan pendinginan di jeram start alias ngintir. Airnya dingin banget kaya di kutub. Abis ngintir lanjut pemanasan di bawah jembatan, isinya dayung mundur, maju, tarik kanan, tarik kiri, terus lanjut. Untuk jeram pertama saya yang kapteni, tapi setelah ini sampe selesai Cela yang bawa. Semangat ya, Cel!

Di jeram 'Selamat Datang' masuknya lumayan bagus, tapi di awal reaksinya kurang jadi kebawa kiri, untung ga kiri-kiri banget jadinya bisa terus ikut main stream dan parkir di kanan. Berikutnya jeram Ringin, disini kita ngulang jeram sampe 6 kali. Beruntung airnya lumayan normal karena ujan semalem, jadi ngulang jeramnya dapet bonus ekstra keciprtatan air standing wave yang banyak! Godspeed! Di jeram ini kita ketemu sama temen-temen dari Mapagama. Mereka lagi latihan rescue di jeram, jadi ada anak yang ngintir lalu di lempar tali throw bag dari 3 orang, di tengah jeram. Saya ga ngerti itu latihan mereka maksudnya mau ngapain, tapiskipper-nya cakep deh :p

Setelah mengeksplorasi jeram Ringin, pengarungan lanjut lagi ke bawah. Dari jeram ini samperest area yang jadi pendayung depan Adam sama Uji, kecuali di jeram plintir sampe rest area(sebut saja namanya jeram T), ganti saya sama Annis. Dalam hal kerja sama Uji sama Adam lumayan, mereka peer gitu. Adam tenaganya besar tapi masih lambat bergeraknya, sedangkan si Uji tenaganya kecil tapi geraknya cepet dan endurance-nya lebih tahan lama. Jadi mereka saling melengkapi, halah. Ya bagusnya mereka berdua kan sama-sama kuat, sama-sama cepet, sama-sama bagus endurance-nya. Karena masih pemula banget jadi kalo jelasin jalur masih suka susah, tapi mereka udah mulai bisa pilih-pilih mau lewat mana. Masuk jeram plintir, kami pilih jalur Palapsi. Lanjut sampe T, air yang lumayan tinggi bikin pengarungan asik banget, ceplaaash ceplaaaassh!

Di jeram T ada latihan ngintir, yang ngintir 3 kali dapet tahu bulet. Haa sayangnya mereka beneran ngintir 3 kali jadi saya harus rela bagi-bagi tahu buletnya (sebal!). Setelah istirahat dan solat, pengarungan lanjut tepat jam 1 siang. Pendayung depannya ganti saya dan Annis terus sampe finish. Annis (ternyata) masih jelek baca arusnya. Saya salah kira! Sebelumnya saya pikir Annis udah lumayan, soalnya kalo di perahu suka berisik soal baca arus. Ternyata air beriak beneran tanda tak dalam, Annis saya tutor terus sampe ga bisa berkutik. Hahaha.






Si kembaran Teh Nini ini kelemahannya adalah keraguan (giliran ujian aja ga ragu dia). Annis masih belum bisa menentukan seberapa besar sudut yang harus diambil, masih belum paham benar efek arus dan sejauh mana ia mampu melewati jeramnya. Posisinya dia sekarang sama kaya Uji dan Adam lah. Masuk jeram ke jeram berikutnya, Cela masih ga ngefek dayungnya, masih suka kurang sudutnya, kelamaan mikir, akhirnya ya begitu deh. Gajah makan cincau, wah kacau. Hahaha.

Sampe finish lebih cepet dari rencana, akhirnya evaluasi pengarungan dilakukan saat itu juga. Uji bilang skill-nya masih belom meningkat, Annis bilang dia masih jelek semua, Adam udah mulai paham baca arus tapi masih bingung mau ngapain-ngapainnya, Cela masih banyakan mikir daripada reaksinya, dia juga nanya-nanya banyak hal soal ferrying, ambilan sudut kalo mepet tebing, reaksi dalam kondisi-kondisi tertentu, dan sebagainya.

"Maaf ya tadi aku marah-marah. Emosi eh."
"Iya tadi aku mau bilang, 'sabar, Mbak', tapi takut kena semprot juga."

Evaluasi selesai, saya mengakhiri latihan setelah mobilnya temen-temen Mapagama pergi (hehehe, kan biar ga timbul kecemburuan sosial mereka naik mobil, kita portaging jalan kaki sampe atas -oke saya terlihat fake sekarang). Naik ke atas, dua pria itu angkat perahu dan yang cewek-cewek bawa sisanya.

Di basecamp Mendut Rafting kami berbincang dengan si tuan rumah. Mas Rosyid sesekali kasih wejangan dan obrolan ringan sambil gendong Kirana Larasati, anak keduanya yang baru berumur 9 hari (like an angel, Laras look so pretty with her pink-plum face).

"Kirana Larasati kan nama artis, Mas."
"Masa ada? Ga tau aku."


Setelah kembung menyantap mi ayam Pak Dul, kami melintasi lagi 50 km yang sama seperti kemarin, menuju Yogyakarta. Beruntung pulang ga hujan :)


Bertemu teman-teman di sekret yang habis operasional juga kemudian bersalaman, entah kenapa bisa bikin saya lupa sama lelahnya perjalanan. Mungkin karena (seolah-olah) ada yang menyambut, dan seperti teman yang baik, mereka akan menanyakan kabar dan bagaimana hari operasional kami. Sambil berbincang kami juga langsung bongkar-bongkar barang-barang untuk di cuci. Puji Tuhan di sekret lagi kedatengan banyak makanan jadi sesekali cuci alat sambil cemal cemil. Mangga terakhir pun dikupas sebagai dessert selesai cuci alat (sampe mangga yang terakhir pun rasanya masih kecat-kecut, payah emang ni si Uji). Kami pun berpisah, pulang ke rumah masing-masing, bersiap merayakan Idul Adha besoknya. Terima kasih Tuhan saya ditampung di rumah temen, jadi makan malam dan sarapan terjamin, plus bisa tidur nyaman di kasur empuk dan selimut lembut dengan hembusan angin AC yang pelan-pelan meninabobokan saya ke alam yang belakangan sedang saya benci, alam mimpi.

The Minggu: Pilih sapi apa latihan hayooo?
Selamat hari raya Idul Adha, teman-teman muslim. Kalo lebaran yang ini pake maaf-maafan ga sih? Ya pokoknya semoga berkah ya, semoga zakatnya bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Karena saya semalem tidur paling cepet tapi bangun paling belakangan, jadinya untuk solat id pagi ini saya ga mandi, cuma cuci muka sama sikat gigi aja. Hahaha. Mau pake kerudung juga akhirnya ga jadi karena udah keburu-buru. Yang penting niat kan ya :)

A regular rain drops to the city, I go home for a rest then have a lunch with friend. Saat menikmati hujan di lampu merah perempatan Tugu, ada SMS masuk dari Adam yang bilang dia ga enak badan, dan tanya latihannya. Lho, apa dia lupa kalo dia PO-nya? Cela pun pagi ini SMS ga bisa latihan karena ada ziarah (paksaan), Uji nganter ibunya ke Sragen, Annis ngerjain tugas -tapi kalo latian si ayok aja katanya. Lah saya latihan sama siapa dong? Hmmm. Rasanya sayang kalo agenda yang udah disepakati bersama dirusak bersama juga. Seinget saya pas kemarin-kemarin ga ada yang protes ada latihan di hari Minggu. Toh yang butuh latihan siapa coba?

***

Minggu malem kali ini di sekret Palapsi ada acara nyate. Anggit bawa daging sapi dari rumah dan di sate bareng-bareng. Tonight was a priceless Godsend, saya benar-benar menikmatinya. Apalagi nyatenya abis ngerjain Pauli. Tiada taraaa nikmatnya! Malam itu pun saya tidur agak larut, selain karena ada modul yang harus saya buat, mungkin pengaruh kebanyakan makan daging sapi kali ya.

Senin! Evaluasi operasional hari ini. Banyak yang di evaluasi, banyak yang dibahas, banyak yang dibanyak-banyakin. Selamat udah coba jadi PO buat Adam, masih banyak yang missed besok-besok pas jadi PO lagi ga boleh diulangin yaa. Buat temen-temen yang lain, saya rasa operasional kali ini kurang banyak pressure-nya. Evaluasi buat saya untuk lebih nge-push kalian sampe mau nangis aja susah. Hahaha. Oke. Tolong handle P3SO-nya air ya.

Loves :*
kadiv seksi

Monday, October 31, 2011

beggar no more

Entah karena pernah ada kejadian duka, atau operator wisata arung jeram yang semakin bertambah banyak, kali ini Sungai Elo di rasa semakin ribet aja. Bukan bentukkan jeramnya (haa sejak tiga tahun lalu bentukan jeram Elo benar-benar tidak pernah berevolusi), melainkan perijinannya.

Saya bisa paham ketika kami mau ngarung harus kasih surat pemberitahuan kegiatan kepada pihak-pihak tertentu, sebagai bentuk informasi dan pertanggungjawaban kami sebagai pelaku arung jeram yang memenuhi standard operational procedure. Kan kalo ada kenapa-kenapa setidaknya pihak terkait tau siapa yang kenapa-kenapa, dan ketika itu terjadi tau mesti menghubungi siapa, dan sesekali mengecek dan berkata, "Oh itu anak-anak Palapsi masih latihan".

Tapi yang saya bingung (dan sebal), kenapa mau kemping aja mesti pake ijin segala? Awalnya saya emosi sama hal begituan. Pasalnya kami -Palapsi, udah sering banget kemping di titik start arung jeram sungai Elo dengan numpang di gudangnya operator Vertical. Sebelum hari ini, ga pernah ada keribetan soal kemping. Well, we look closer like beggars, homeless, teenagers with no much money (ya ampun muka kita juga ga ada yang keliatan kaya anaknya konglomerat gitu). Kemping ya tinggal kemping. Kita juga ga pernah buang sampah sembarangan, meninggalkan jejak dengan pilox a la vandalisme kampungan, bahkan kita ga gangguin anak tetangga. Kalo ketemu mapala lain juga kita bertegur sapa (apalagi kalo ada yang cakep, hahaha).

Tapi hari ini, hmmm. Sore hari sekitar pukul 5 seorang yang dulu sukanya narikin uang retribusi buat siapa pun yang mau ngarung (I dont even sure is he legal people or not), dateng dan nanya-nanya. Saya tunjukin surat ijin kegiatan pengarungan dua minggu yang lalu, dia ga buka suratnya. Saya disarankan untuk ke rumah kepala desa untuk kasih tau kalo kami nginep disini dengan sedetail-detailnya. Setelah dia berlalu, saya memutuskan untuk ke warnet sama Oki untuk bikin surat keterangan kegiatan kemudian ke polsek dan balai desa.

Setelah surat-seadanya itu jadi, saya menuju ke polres lalu lintas untuk tanya dimana rumah pak kepala desa. Karena mungkin si pak kades itu ga eksis di kalangan polisi lalu lintas, akhirnya kami cuma dikasi tau balai desa yang udah kosong tanpa penjaga. Saya yang udah jengah akhirnya memutuskan untuk balik ke camp dan menyiapkan skenario terkeren ketika si bapak ilegal itu datang lagi. Tenang, saya orangnya berani kok, hahaha.

Daaaaaann, dia ga dateng lagi coba. La la la la la.. Sayang skenario keren saya ga kepake.

Jadi inti cerita ini adalah saya ingin kasih tau kalo temen-temen mau ngarung Sungai Elo (in mapala's context), dengan menginap di mana saja, sebaiknya mengurus perijian dengan jalur sebagai berikut:

Sebelum berangkat, buatlah surat keterangan kegiatan dan mohon ijin penggunaan lahan untuk nge-camp dengan informasi: nama kegiatan, tanggal, tempat, jumlah peserta, juga informasi tambahan (misalnya datang dengan bus, atau menginap dua hari satu malam). Kemudian tulis juga kalo saat mengarung kalian udah memenuhi standard operational procedure (tapi beneran SOP, jangan cuma dikertasnya aja ya). Lalu tanda tangan pemegang tanggung jawab lapangan dan organisasi (ketua umum). Lalu buat surat itu dalam rangkap 4 yang ditujukan ke kepala desa, polsek setempat, pak RT/RW setempat, dan kosongkan satu sebagai cadangan.

Setelah suratnya jadi, pergilah ke polsek setempat dan kamu akan mendapatkan surat ijin gratis dari polsek. Ternyata eh ternyata, surat dari polsek adalah surat yang sakti. Kamu hanya perlu satu surat itu untuk menjadi peganganmu kalo-kalo ada orang resek lagi yang ribut soal ijin.

Pergilah ke tukang fotokopi dan gandakan surat polsek tersebut sebanyak 5 buah, lalu di streples bareng sama surat keterangan kegiatan. Nah dengan udah punya lima rangkap surat ini, maka kamu tidak akan kesulitan saat bertemu masalah dengan perijinan. Jikalau kamu mau gelar camp di halaman bangunan orang, tentu saja kamu harus ijin sama yang punya (biasanya sih pada seneng kalo ada yang kemping di depan/deket rumah, karena selain jadi ada suasana baru, rasanya kasihan kalo anak-anak 'gelandangan' ini mesti susah lagi nyari tempat 'bernaung').

Bagaimana? Kalo untuk sungai Elo, kamu bisa ketemu pak kades di hari kerja di Balai Desa, letaknya dari jembatan Blondo terus ke arah Borobudur, sekitar 300an meter nanti kamu akan ketemu 'zona anak sekolah' yang jalannya berwarna merah. Nah tengok ke kiri langsung keliatan balai desanya. Kalo tempatnya polsek, kalo dari jembatan Blondo itu ke arah Jogja (pulang –red). Nanti kamu akan ketemu pisahan jalan ke jalan satu arah, nah pelan-pelan jalannya nanti polseknya ada di sebelah kiri jalan. Orang-orang Magelang ramah kok, jadi jangan sungkan untuk bertanya dan bernegosiasi.

Segitu lah cerita tambahan soal ijin-ijin pengarungan dan pengkempingan di Sungai Elo. Kalo ada informasi tambahan atau revisi, kasih tau ya. Kalo mau wisata arung jeram yang menyenangkan, hubungi NGU! Production. Ciao!

Monday, July 25, 2011

Sungai Lematang: Sungai yang Diberkati Matahari Sepanjang Hari

Perkenalan singkat saya dengan orang-orang Pagar Alam Rafting ga menyulut keinginan saya untuk ngarung sungai di kota kecil nan sejuk di Sumatra Selatan ini. Jumat sore saya menghubungi Bang Herry sebagai CP di brosur Pagar Alam Rafting, niatan untuk ngarung Sungai Manna sudah menggebu dan saya pun mengadu ke orang itu. Kabar buruknya bahwa Pagar Alam Rafting, selanjutnya akan saya tulis dengan PAR (baca: biar ga capek ngetiknya), ternyata udah off untuk arung jeram soalnya udah mau masuk bulan puasa.

"Yaaaaaaahhh, sayang banget ah"

Begitu aja balasan SMS saya untuk kabar menyebalkan itu. Gimana nggak? Sungai Manna udah masuk to do list saya sejaaaaak packing di Jogja. Bahkan saya udah browsing segala hal tentang sungai yang pernah jadi tempat ekspedisi tim Mapala UI beberapa waktu silam. Eh, ternyata ada kabar baiknya. Mereka mau fun rafting di Sungai Lematang, di Lahat! OH DEMI DEWA DEWI SEGALA AGAMA! FUN RAFTING! Ikuuuuuut!

Malam harinya saya ketemu mereka: Bang Herry, Bang Ujuk, Bang Anto, dan Bang Jati. Di jemput dengan mobil Mitsubishi Kuda biru, kami pergi ke gudang perahu di Gunung Gare. Kami berbincang banyak hal, termasuk status saya yang penggiat dan seorang mapala yang suka ngarung. Jadilah obrolan kami lancar kaya jalur kereta api. Umur PAR baru dua tahun, tapi kegiatan arung jeram si abang-abang ini udah lamaaa sejak tahun 2000-an. Adalah seorang bapak yang udah almarhum alumni UII Yogyakarta yang memperkenalkan olah raga asyik ini ke mereka. Lalu mulai lah kegiatan ini diminati tapi cuma sama beberapa orang aja.

Setelah ke gudang perahu, kami jalan-jalan ke Tangga 2001, ngeliat kota Pagar Alam di malam hari. Sekali lagi, DEMI DEWA DEWI SEGALA AGAMA, saya seolah melihat bintang di bawah kaki. Keren! Pemandangan kota di malam hari, lalu dinikmati dari ketinggian, salah satu nikmat surga yang bisa dirasakan di bumi. Lebay ya? Gapapa ah. Emang bagus kok. Perjalanan lanjut ke kafenya Bang Herry di kota. Kami duduk dalam lingkarang di ruangan yang redup, makan cempedak, saya minum teh, dan sisanya minum anggur -oke, miras. Pulang pukul 12 malam. Saya tidur dengan senyum lebar karena tau besok saya akan kembali memakai pelampung dan bermain air di sungai.

Sabtu, 23 Juli 2011.
*Sayang, aku jadinya ngarung sendiri nih. Payah tu anak-anak ga ada yang mau ikut. Gapapa ya? Ntar pulangnya agak malem soalnya mau nonton konser Iwan Fals juga. Kalo kemaleman aku pulang pagi aja sekalian ya. Ga usah kawatir. Oke!"
Perjalanan saya ke kota Lahat, di mulai.
Duduk di depan mobil pick up butut punya Bang Herry, dengan peralatan ngarung udah duduk rapih di belakang bersama dengan abang-abang lain, kami berangkat. Sebagai supir siang itu, Bang Awan melakukan tugasnya dengan tidak cukup baik. Banyak lubang jalan yang dihantam lurus sama dia, anjing juga ada yang nyaris rest (not) in peace gara-gara dalemnya gas yang dia injek, haaa saya degdegan. Tapi berhubung dia emang udah fasih sama mobil itu, saya akhirnya bisa tenang, dan ketiduran.

Sekitar dua jam perjalanan, kami sampe di start sungai Lematang pukul setengah 3 sore. Bertemu dengan mahasiswa yang juga mau ikutan fun rafting lalu bersiap. Tiga buah perahu merah ber-thwarts dua merek Protect di pompa tangan, pelampung dikenakan, helm udah klik, lalu briefing. Saya kebagian di tim 3 dengan 4 orang mahasiswa, saya, Bang Anto dan Bang Wandit jadi skipper-nya. Sebenernya ini perahunya overload, tapi berhubung dua perahu sisanya bocor jadi mau ga mau deh.

Halo Sungai Lematang :)
tu bi tukinyuts