Monday, October 31, 2011

beggar no more

Entah karena pernah ada kejadian duka, atau operator wisata arung jeram yang semakin bertambah banyak, kali ini Sungai Elo di rasa semakin ribet aja. Bukan bentukkan jeramnya (haa sejak tiga tahun lalu bentukan jeram Elo benar-benar tidak pernah berevolusi), melainkan perijinannya.

Saya bisa paham ketika kami mau ngarung harus kasih surat pemberitahuan kegiatan kepada pihak-pihak tertentu, sebagai bentuk informasi dan pertanggungjawaban kami sebagai pelaku arung jeram yang memenuhi standard operational procedure. Kan kalo ada kenapa-kenapa setidaknya pihak terkait tau siapa yang kenapa-kenapa, dan ketika itu terjadi tau mesti menghubungi siapa, dan sesekali mengecek dan berkata, "Oh itu anak-anak Palapsi masih latihan".

Tapi yang saya bingung (dan sebal), kenapa mau kemping aja mesti pake ijin segala? Awalnya saya emosi sama hal begituan. Pasalnya kami -Palapsi, udah sering banget kemping di titik start arung jeram sungai Elo dengan numpang di gudangnya operator Vertical. Sebelum hari ini, ga pernah ada keribetan soal kemping. Well, we look closer like beggars, homeless, teenagers with no much money (ya ampun muka kita juga ga ada yang keliatan kaya anaknya konglomerat gitu). Kemping ya tinggal kemping. Kita juga ga pernah buang sampah sembarangan, meninggalkan jejak dengan pilox a la vandalisme kampungan, bahkan kita ga gangguin anak tetangga. Kalo ketemu mapala lain juga kita bertegur sapa (apalagi kalo ada yang cakep, hahaha).

Tapi hari ini, hmmm. Sore hari sekitar pukul 5 seorang yang dulu sukanya narikin uang retribusi buat siapa pun yang mau ngarung (I dont even sure is he legal people or not), dateng dan nanya-nanya. Saya tunjukin surat ijin kegiatan pengarungan dua minggu yang lalu, dia ga buka suratnya. Saya disarankan untuk ke rumah kepala desa untuk kasih tau kalo kami nginep disini dengan sedetail-detailnya. Setelah dia berlalu, saya memutuskan untuk ke warnet sama Oki untuk bikin surat keterangan kegiatan kemudian ke polsek dan balai desa.

Setelah surat-seadanya itu jadi, saya menuju ke polres lalu lintas untuk tanya dimana rumah pak kepala desa. Karena mungkin si pak kades itu ga eksis di kalangan polisi lalu lintas, akhirnya kami cuma dikasi tau balai desa yang udah kosong tanpa penjaga. Saya yang udah jengah akhirnya memutuskan untuk balik ke camp dan menyiapkan skenario terkeren ketika si bapak ilegal itu datang lagi. Tenang, saya orangnya berani kok, hahaha.

Daaaaaann, dia ga dateng lagi coba. La la la la la.. Sayang skenario keren saya ga kepake.

Jadi inti cerita ini adalah saya ingin kasih tau kalo temen-temen mau ngarung Sungai Elo (in mapala's context), dengan menginap di mana saja, sebaiknya mengurus perijian dengan jalur sebagai berikut:

Sebelum berangkat, buatlah surat keterangan kegiatan dan mohon ijin penggunaan lahan untuk nge-camp dengan informasi: nama kegiatan, tanggal, tempat, jumlah peserta, juga informasi tambahan (misalnya datang dengan bus, atau menginap dua hari satu malam). Kemudian tulis juga kalo saat mengarung kalian udah memenuhi standard operational procedure (tapi beneran SOP, jangan cuma dikertasnya aja ya). Lalu tanda tangan pemegang tanggung jawab lapangan dan organisasi (ketua umum). Lalu buat surat itu dalam rangkap 4 yang ditujukan ke kepala desa, polsek setempat, pak RT/RW setempat, dan kosongkan satu sebagai cadangan.

Setelah suratnya jadi, pergilah ke polsek setempat dan kamu akan mendapatkan surat ijin gratis dari polsek. Ternyata eh ternyata, surat dari polsek adalah surat yang sakti. Kamu hanya perlu satu surat itu untuk menjadi peganganmu kalo-kalo ada orang resek lagi yang ribut soal ijin.

Pergilah ke tukang fotokopi dan gandakan surat polsek tersebut sebanyak 5 buah, lalu di streples bareng sama surat keterangan kegiatan. Nah dengan udah punya lima rangkap surat ini, maka kamu tidak akan kesulitan saat bertemu masalah dengan perijinan. Jikalau kamu mau gelar camp di halaman bangunan orang, tentu saja kamu harus ijin sama yang punya (biasanya sih pada seneng kalo ada yang kemping di depan/deket rumah, karena selain jadi ada suasana baru, rasanya kasihan kalo anak-anak 'gelandangan' ini mesti susah lagi nyari tempat 'bernaung').

Bagaimana? Kalo untuk sungai Elo, kamu bisa ketemu pak kades di hari kerja di Balai Desa, letaknya dari jembatan Blondo terus ke arah Borobudur, sekitar 300an meter nanti kamu akan ketemu 'zona anak sekolah' yang jalannya berwarna merah. Nah tengok ke kiri langsung keliatan balai desanya. Kalo tempatnya polsek, kalo dari jembatan Blondo itu ke arah Jogja (pulang –red). Nanti kamu akan ketemu pisahan jalan ke jalan satu arah, nah pelan-pelan jalannya nanti polseknya ada di sebelah kiri jalan. Orang-orang Magelang ramah kok, jadi jangan sungkan untuk bertanya dan bernegosiasi.

Segitu lah cerita tambahan soal ijin-ijin pengarungan dan pengkempingan di Sungai Elo. Kalo ada informasi tambahan atau revisi, kasih tau ya. Kalo mau wisata arung jeram yang menyenangkan, hubungi NGU! Production. Ciao!

No comments: